Entri Populer

Senin, 24 Januari 2011

Tentang Cintaaaaaaa


Cinta gak selamanya semanis cokelat, gak selamanya berbau bunga, gak selamnya secerah matahari, gak selamnya selembut gulalali!!!! Asal kamu tau aja, hati kita ini ibarat lidah yang dapat mengecap rasa asam, manis, asin, pahit, komplit deh.. Nah, cerita ku tentang rasa-rasa cinta ini akan ku alami sepanjang masa lajangku dalam pencarian cinta..(jjiiiiaaaaahh, ahahay!!)
***


The First Love
Senang sudah beranjak gede, makin pede, terlihat superlente dengan seragam SMA, masanya abu-abu jenk!! Walaupun masa itu adalah saat dimana seorang anak bisa meraih segala jenis pergaulan mulai dari yang katro sampe yang gaul, tapi diriku ini memilih tampil anggun dengan menggunakan jilbab, yah..terinspirasi dari rasa takut yang yang benar-benar takut akan cerita kekejaman siksa neraka. Walhasil, mulai hari pertama menginjakkan kaki diSMA, aku memakai seragam serba panjang plus jilbab yang masih morat-marit. Berharap terlihat imut malah sedikit terpeleset. Harap maklum, rasa salting jelas ada ketika berhadapan dengan orang-orang baru dan ketika jilbab ku mencong sedikit, pikiran ini duluan berbicara bahwa mukaku ketutup jilbab semua dan aku terlihat konyol.
Kadang aku sedikit terharu kalau ada kakak kelas panitia MOS yang tiba-tiba nyeletuk, “hey, itu ade yang pake jilbab, senyumnya manis deh!”
Sssiiiiuuuuuuuttttt…….serasa ada ingus yang meler, idung jadi kembang kempis, haggggaaaggggaagg!
Aku bukan cewek tenar, yang terkenal karena ke-modis-annya, bukan juga cewek tenar karena ke-cantik-annya, bukan juga tenar karena ke-hebat-annya gonta-ganti cowok idaman disekolah, tapi Alhamdulillah diijinkan untuk tenar sebagai gadis imut berjilbab dan bersenyum manis (preeetttt):p. Aku Cuma 1 dari banyak cewek yang biasa-biasa aja yang kecantol sama mahasiswa alumni SMA yang sama, dan bukan cowok yang biasa-biasa aja. Tampangnya gak sekeren Afgan, jujur! Bahkan gak bisa dideretkan dalam jajaran cowok-cowok best seller alias cowok gagah gitulah, tau kan?! Tapi dia tenar karena ilmu dukun menggaet cewek siapapun yang dia mau. Begitulah aku menyebutnya. Dia playboy cap sarden!
“Permisi dek, kamu anak kelas X ya? Kenal desy gak?”, katanya suatu hari saat aku pulang ekskul. Biasa dimusim-musim liburan mahasiswa, mereka akan beramai-ramai pulkam dan nampang dengan mupeng diasal sekolahnya.
“Desy? Iya, kenal kak. Ada apa yah?” Tanya ku balik, dengan ekspresi agak terkejut karena gak nyangka aja ditegur sama cowok botak ada tindik 1 ditelinga nya, kaos dan celana belel, aku pikir, “aku ditegur preman” dalam hati.
“Oh, tolong titip salam ya, bilang aja dari Isa, boleh kan?”
“Oh iya, boleh kok, Isa ya?, Ok deh!” ujarku sambil buru-buru mau kabur.
“Eh eh, dek, maaf ya. Boleh minta nopenya desy gak? Kalau ada sih..” sambil senyum, kali ini terlihat ramah dan lembut.
“Desy gak ada nope kak, kalau telpon rumah ada. Tapi saya gak bisa kasih kalau dia gak ngijinin, kan ibu bapaknya galak baget tuh kak.”
“Oh gitu, hmmm….gimana kalau nope kamu aja. Yah, supaya enak kalau saya mau tanya tentang balasan salam untuk desynya, boleh gak?” Gleggg, gugup nih, pertama kali kasih nope ke manusia tingkat mahasiswa. Hahahay…
“ Ya udah, gak papa kok kak, 08524678….”
“Makasih ya dek, gak ganggu kan kalau saya SMS? Hm…nanyain desy kok.”
“Iya..”
“Ok, sekali lagi thanks ya!”

Pertemuan singkat itu menjadi awal dari segalanya, awal terobsesinya aku dengan sosok Isa, yang ntah kapan akan berakhir.
Cerita tentang Isa akan tetap berlanjut, tapi ditengah-tengahnya masih banyak cerita tentang yang lain. Setelah Isa, ada Imam, pacar kedua. Gendud, item, gak terlalu tinggi, tapi senyumnya bolehlah, sebelas duabelas sama aku dan terobsesi jadi POLISI, begghhhh..(beratlah). Tapi sayang, 11 bulan aku pacaran sama dia, gak juga bisa nandingin getaran hebohku ke Isa. Padahal, doi lumayan akrab dengan keluargaku dan dia memiliki harapan besar dengan ku. Sesuatu hal yang belum pernah aku pikirkan.
 Waktu Imam dan aku main kerumah kakaknya dia pernah ngomong sama aku bukan sama kakaknya, “Yang, sayang nanti mau kan jadi mamahnya anak-anakku?” (loh, udah punya anak toh?) belum selesai, “dari rahim sayang..”, co cuuiiiiiiitttttt ^_^. Gimana gak masem-masem coba, tapi liat dulu lanjutannya, “Gampang aja kok Yang buat anak tuh, sekarang juga bisa, mau gak?”. Kampreeeetttt!!!! Dua bulan kemudian aku titahkan dirinya dan diriku untuk putus karena aku gak rela punya cowok mupeng kaya dia, tentu aja sebelum terjadinya adegan ‘buat anak’ sebelum nikah. Astagfirullahh…
Sejak saat itu aku bener-bener jauh dari Imam, bukan maksud jelek, tapi menghindari kemungkinan buruk aku rasa lebih baik. “Wookeehh lah kalau begitu!” kata Galuh, teman tercintaku.
Hari-hari setelah putus dari Imam aku jalani dengan kesenderian walaupun sebenarnya dihatiku masih selalu ada Isa. Mengingat, menimbang dan memutuskan untuk fokus ke pelajaran, karena aku sudah kelas XII SMA dan itu artinya persiapan perang untuk melawan kebijakan pemerintah yang senantiasa mengadakan UAN, kulakukan demi lulus dengan terhormat dari ‘Kandang Remaja’ ini. Sebenarnya rada gak redo gitu, kenapa sih sekolah tiga taon diuji keberuntungannya cuma dalam 3 hari. LULUS atau GAK LULUS.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar